Tumbuh dan berkembangnya kesadaran nasional
tidak bisa terlepas dari peranan banyak pihak antara lain:
Peranan Golongan Terpelajar dalam Menumbuhkembangkan
Kesadaran Nasional Indonesia
Pengaruh pendidikan barat telah melahirkan
golongan tepelajar yang merupakan bagian dari elite nasional. Elite nasional
mempunyai dasar baru dalam memandang masyarakat sekitarnya yaitu nasionalisme
Indonesia. Untuk mempercepat proses tercapainya hal tersebut, perlu disusun
organisasi rakyat.
Yakni membentuk partai dan perserikatan massa
yang mempunyai keanggotaan luas dan organisasi modern. Pada tanggal 20 Mei
1908, didirikanlah organisasi Budi Utomo. Pendirinya ialah dr. Wahidin
Sudirohusodo bersama para mahasiswa STOVIA.
Peranan Golongan Profesional dalam
Menumbuhkembangkan Kesadaran Nasional Indonesia
Golongan profesional dalam hal ini adalah
golongan pedagang. Golongan pedagang mempunyai ruang gerak sosial yang lebih
luas. Karena telah bergaul dengan berbagai orang dari berbagai daerah dan
kebudayaan yang berbeda. Dengan demikian, integrasi nasional secara lambat laun
akan terbentuk. Golongan pedagang dalam posisinya memungkinkan berfungsi
sebagai perintis nasionalisme dan pelopor dalam modernisasi.
Oleh karena itu, golongan pedagang mempunyai
peranan besar dalam menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia. Mereka
berjuang melalui organisasi modern.
Peranan Golongan Pers dalam
Menumbuhkembangkan Kesadaran Nasional Indonesia
Pers adalah media penyiaran berita seperti
surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Pers nasional adalah semua
pers yang dimiliki sepenuhnya oleh suatu bangsa, termasuk juga bangsa
Indonesia. Pers nasional mencerminkan aspirasi perjuangan kemerdekaan. Pada
masa penjajahan, pers mengalami pengendalian yang amat besar. Sedang pada masa
kemerdekaan, pers menyatu dengan kehidupan sosial politik.
Surat kabar pertama di Indonesia adalah “BataviascheNouvelles”,
yang terbit pada bulan Agustus 1744 dalam bahasa Belanda. Tahun 1746 surat
kabar tersebut ditutup. Di antara penerbit-penerbit tersebut ada yang
menggunakan tenaga orang-orang Indonesia. Inilah yang membuat mereka terdidik
dan terlatih dalam pekerjaan pers. Mereka nantinya akan menjadi
pemimpin-pemimpin pers di Indonesia sekaligus tokoh Pergerakan Nasional.
Sesudah tahun 1900, berbagai surat kabar
saling bermunculan di berbagai kota di Indonesia. Terlebih setelah lahirnya
beberapa organisasi modern yang ingin membangkitkan semangat kebangsaan
(nasionalisme), menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, dan merintis
cita-cita kemerdekaan. Maka pers nasional semakin penting kehadirannya sebagai
alat perjuangan yang efektif. Tokoh-tokoh pers pada masa Pergerakan Nasional,
antara lain:
a.
dr. Wahidin Sudirohusodo redaktur surat kabar
Retnodhumilah, pencetus gagasan Budi Utomo bersama dr. Sutomo
b.
Abdul Muis dan H. Agus Salim, pemimpin surat
kabar Neratja di Jakarta. Ia juga tokoh Sarekat Islam.
c.
Drs. Moh. Hatta, Sukiman, dan Sartono tokoh
Perhimpunan Indonesia di Negara Belanda mendirikan majalah Hindia Poetra,
kemudian berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
d.
Mr. Muhammad Yamin adalah salah seorang
pemimpin redaksi surat kabar Kebangoenan bersama Sanusi Pane dan Amir
Syarifuddin.
e.
T.A Sabariah dibantu oleh para redaktur
perempuan (Butet Satijah, Ch. Harijah, dan Siti Sahara), memimpin surat kabar
Perempoean Bergerak di Medan sejak 15 Mei 1919.
Mohammad Hatta f. HAMKA dan M. Yunan
Nasution, pemimpin surat kabar dikenal dengan mingguan Pedoman Masyarakat, di
Medan tahun 1935. panggilan “Bung Hatta”
Peranan Perempuan dalam Menumbuhkembangkan
Kesadaran Nasional Indonesia
Pada mulanya gerakan perempuan terbatas pada
gerakansosial. Gerakan ini bertujuan mengangkat derajat dan melawan tradisiyang
mengekang, seperti kawin paksa dan poligami. Kegiatan tersebut awalnya
dilakukan perorangan, kemudian berkembang dalam bentuk organisasi. Organisasi
perempuan tersebut ada yang berdiri sendiri, ada pula yang menjadi bagian dari
organisasi laki-laki.
a.
Tahun 1912 di Jakarta berdiri organisasi
wanita pertama bernama Putri Mardika. Organisasi ini merupakan bagian dari
organi-LATIHAN sasi Budi Utomo.
b.
Tahun 1913, di Tasikmalaya berdiri organisasi
Kautaman Istri. Organisasi ini yangmenaungi sekolah-sekolah yang didirikanoleh
Dewi Sartika.
c.
Atas inisiatif Ny. van Deventer, berdirilah
Kartini Fonds. Kartini Fonds ini mendirikansekolah di berbagai kota.
d.
Tahun 1917, Siti Wardah (Ny. AhmadDahlan)
mendirikan Aisyiah, sebagai bagiandari Muhammadiyah.
e.
Organisasi perempuan lain yang merupakan
pengembangan dari organisasi laki-lakiadalah Sarikat Putri Islam (dari Sarikat
Islamieten).
Pada tahun 1920, organisasi perempuan semakin
berkembang. Selanjutnya, para perempuan mulai terlibat dalam gerakan politik,
terutama organisasi wanita yang berinduk pada organisasi politik. Tahun 1928,
tujuh organisasi wanita mengadakan kongres di Yogyakarta. Kongres berlangsung
tanggal 22 sampai 25 Desember, dipimpin oleh R.A. Sukanto.