Zeithaml,
et al. (1993) melakukan penelitian khusus dalam sektor jasa dan mengemukakan
bahwa harapan pelanggan terhadap kualitas suatu jasa terbentuk oleh beberapa
faktor berikut:
1.
Enduring Service Intensifiers
Faktor
ini merupakan faktor yang bersifat stabildan mendorong pelanggan untuk
meningkatkan sensitivitas terhadap jasa. Faktor ini meliputi harapan yang
disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang tentang jasa. Seorang
pelanggan akan berharap bahwa ia patut dilayani dengan baik pula apabila
pelanggan lainnya dilayani dengan baik oleh pemberi jasa. Selain itu, filosofi
individu (misalnya seorang nasabah bank) tentang bagaimana memberikan pelayanan
yang benar akan menentukan harapannya pada sebuah bank.
2.
Personal Needs
Kebutuhan
yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya juga sangat menentukan
harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik, sosial, dan
psikologis.
3.
Transitory Service Intensifiers
Faktor
ini merupakan faktor individual yang bersifat sementara (jangka pendek) yang
meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa.
Faktor
ini meliputi:
· Situasi darurat pada
saat pelanggan sangat membutuhkan jasa dan ingin perusahaan bisa membantunya
(misalnya jasa asuransi mobil pada saat terjadi kecelakaan lalu lintas).
· Jasa terakhir yang
dikonsumsi pelanggan dapat pula menjadi acuannya untuk menentukan baik buruknya
jasa berikutnya.
4.
Perceived Service Alternativies
Perceived
Service Alternatives merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat atau derajat
pelayanan perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen memiliki beberapa
alternatif, maka harapannya terhadap suatu jasa cenderung akan semakin besar.
5.
Self-Perceived Service Roles
Faktor
ini adalah persepsi pelanggan tentang tingkat atau derajat keterlibatannya
dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. Jika konsumen terlibat dalam proses
pemberian jasa dan jasa yang terjadi ternyata tidak begitu baik, maka pelanggan
tidak bisa menimpakan kesalahan sepenuhnya pada si pemberi jasa. Oleh karena
itu, persepsi tentang derajat keterlibatannya ini akan mempengaruhi tingkat
jasa/pelayanan yang bersedia diterimanya.
6.
Situational Factors
Faktor
situasional terdiri atas segala kemungkinan yang bias mempengaruhi kinerja
jasa, yang berada diluar kendali penyedia jasa. Misalnya pada awal bulan
biasanya sebuah bank ramai dipenuhi para nasabahnya dan ini akan menyebabkan
seorang nasabah menjadi relatif lama menunggu. Untuk sementara waktu, nasabah
tersebut akin menurunkan tingkat pelayanan minimal yang bersedia diterimanya
karena keadaan itu bukanlah kesalahan penyedia jasa.
7.
Explicit Service Promises
Faktor
ini merupakan pernyataan (secara personal atau non personal) oleh organisasi
tentang jasanya kepada pelnggan. Janji ini bisa berupa iklan, perjanjian, atau
komunikasi dengan karyawan organisasi tersebut.
8.
Implicit Service Promises
Faktor
ini menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa, yang memberikan kesimpulan
bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana yang seharusnya dan yang akan
diberikan. Petunjuk yang memberikan gambaran jasa ini meliputi biaya untuk memperolehnya
(harga) dan alat-alat pendukung jasanya. Pelanggan biasanya menghubungkan harga
dan peralatan (tangible assets) pendukung jasa dengan kualitas jasa.
Harga
yang mahal dihubungkan secara positif dengan kualitas yang tinggi. Misalnya,
kendaraan angkutan umum yang sudah tua dan kotor dianggap hanya cocok bagi
masyarakat bawah yang lebih mementingkan tiba di tujuan dari pada kenyamanan
saat perjalanan.
9.
Word of Mouth (Rekomendasi/Saran dari Orang lain)
Word-of-Mouth
merupakan pernyataan (secara personal atau non personal) yang disampaiakn oleh
orang lain selain organisasi (service provider) kepada pelanggan. Word-of-Mouth
ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan Karena yang menyampaikannya adalah
mereka yang dapat dipercayainya, seperti para ahli, teman, keluarga, dan
publikasi media massa. Di samping itu, Word-of-Mouth juga cepat diterima
sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang
belum dibelinya atau belum dirasakannya sendiri.
10.
Past Experience
Pengalaman
masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui pelanggan
dari yang pernah diterimanya di masa lalu.
Harapan-harapan
pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang seiring dengan semakin banyaknya
informasi (non-experience information) yang diterima pelanggan serta
semakin bertambahnya pengalaman pelanggan. Pada gilirannya, semua ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.